Selasa, 30 November 2010

Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Dewasa ini, pendekatan pembelajaran kontekstual telah berkembang di berbagai negara maju dengan nama yang berlainan. Di negeri Belanda misalnya, pembelajaran ini diberi nama dengan Realistic Mathematics Education (RME) yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Di Amerika berkembang apa yang disebut Contextual Teaching and Learning (CTL) yang intinya membantu guru untuk mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa untuk mengkaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Di Jepang pembelajaran seperti ini berkembang dengan nama The Open-Ended Approach (DEA), suatu pembelajaran yang menekankan pada guru untuk mengawali setiap pembelajaran dengan sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa dan menyarankan proses dan produk yang bervariasi.



Kontekstual berasal dari bahasa Latin yang terdiri atas dua kata con = with + textum = woven, bermaksud mengikuti konteks atau dalam konteks. Konteks juga berarti keadaan, situasi dan kejadian.


Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Contextual Teaching and Learning adalah sebuah konsep yang membantu guru mencari hubungan antara subjek bahan bacaan ke dalam situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara dua ilmu pengetahuan dan mengaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga, masyarakat maupun dalam konteks yang lebih luas (Blanchard ; 2002).


Karakteristik pembelajaran berbasis kontekstual yakni; kerja sama; saling menunjang; menyenangkan (tidak membosankan); belajar dengan bergairah; pembelajaran terintegrasi; menggunakan berbagai sumber; siswa aktif; sharing dengan teman; siswa kritis guru kreatif; dinding kelas & lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain; laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.


Terdapat tujuh komponen utama pendekatan pembelajaran kontekstual yaitu:


a. Konstruktivisme (Constructivism)


Kontruktivisme (Constructivism) merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil. Akan tetapi dalam proses pembelajaran, siswa membangun / mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Sehingga yang menjadi pusat kegiatan pembelajaran adalah siswa (Students Center Learning), bukan guru.


b. Menemukan (Inquiry)


Menemukan (Inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil mengingat tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kata kunci dari Inquiry adalah siswa menemukan sendiri. Adapun siklus dari Inquiry yaitu Observasi, Bertanya, Mengajukan dugaan (Hipotesis), Mengumpulkan data, dan Menyimpulkan.


c. Bertanya (Questioning)


Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran CTL untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (1) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis, (2) mengecek pemahaman siswa, (3) membangkitkan respon pada siswa, (4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, (6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, (7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan siswa, dan (8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.


d. Masyarakat Belajar (Learning Community)


Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dengan pendekatan kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Hasil belajar diperoleh dari “sharing” antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu.
e. Pemodelan (Modeling)
Dalam suatu pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Dalam pendekatan kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberikan contoh pada temannya. Siswa contoh tersebut dikatakan sebagai model, siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi yang harus dicapai.


f. Refleksi (Reflection)


Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Di akhir pembelajaran, biasanya guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi berupa pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya pada hari itu, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, diskusi, atau hasil karya


g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)


Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa yaitu PR, Kuis, Presentasi atau penampilan siswa, Demonstrasi, Laporan, Jurnal, Hasil tes tulis, Karya tulis.


Suatu kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual, jika menerapkan tujuh komponen utama tersebut dalam pembelajarannya. Untuk melaksanakan hal itu dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.
Penerapan pendekatan kontekstual di dalam kelas secara garis besar langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: (1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, (2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua pokok bahasan, (3) Mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya, (4) Menciptakan masyarakat belajar, (5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, (6) Melakukan refleksi di akhir pertemuan, dan (7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.


Ada beberapa alasan yang mendasari perlunya penerapan pendekatan kontekstual dalam proses belajar mengajar menurut Semiawan (1992) yaitu :


1. Tidak mungkin guru mengajarkan semua fakta dan konsep pada siswa.


2. Konsep-konsep yang rumit dan abstrak akan mudah dipahami dengan melakukan sendiri upaya penemuan konsep.


3. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak sehingga untuk menanamkan sikap alamiah anak perlu dilatih untuk selalu bertanya, berpikir, dan bertindak secara kreatif.


Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan menyajikan materi dengan mengambil pendekatan dunia nyata siswa. Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa. Pemahaman rumus itu relatif berbeda antara siswa yang satu dengan siswa lainnya sesuai dengan skemata siswa (on going process of development), dengan demikian bagaimanapun sulitnya sebuah pembelajaran dapat diatasi dengan mengkontekstualkan permasalahan dan mentransfernya ke dalam dunia nyata siswa. Oleh karena itu kemampuan mengkontekstualkan pelajaran harus dimiliki oleh seorang guru atau orang tua dalam upaya merangsang daya ingat siswa.


0 komentar: