Jumat, 18 November 2016

TES SUPERITEM SEBAGAI SUATU ALAT PENILAIAN DALAM KELAS

Pengertian Tes Superitem Pembelajaran menggunakan tes bentuk superitem adalah pembelajaran yang dimulai dari tugas yang sederhana meningkat pada yang lebih kompleks dengan memperhatikan tahap SOLO siswa. Dalam pembelajaran tersebut digunakan soal-soal bentuk superitem. Alternatif pembelajaran tersebut, dirancang agar dapat membantu siswa dalam memahami hubungan antar konsep. Juga membantu dalam memacu kematangan penalaran siswa. Hal itu dilakukan agar siswa dapat memecahkan masalah matematika. Adapun lingkup pemanfaatan tes superitem pada wilayah geometri, pengukuran, pola bilangan dan fungsi, serta statistika. Sebuah superitem terdiri dari sebuah stem yang diikuti beberapa pertanyaan atau item yang semakin meningkat kekompleksannya. Biasanya setiap superitem terdiri dari empat item pada masing-masing stem. Setiap item menggambarkan dari empat level penalaran berdasarkan Taksonomi SOLO. Semua item dapat dijawab dengan merujuk secara langsung pada informasi dalam stem dan tidak dikerjakan dengan mengandalkan respon yang benar dari item sebelumnya. Pada level 1 diperlukan penggunaan satu bagian informasi dari stem. Level 2 diperlukan dua atau lebih bagian informasi dari stem. Pada level 3 siswa harus mengintegrasikan dua atau lebih bagian dari informasi yang tidak secara langsung berhubungan dengan stem, dan pada level 4 siswa telah dapat mendefinisikan hipotesis yang diturunkan dari stem. Karakteristik soal-soal bentuk superitem yang memuat konsep dan proses yang makin tinggi tingkat kognitifnya tersebut, memberi peluang kepada siswa dalam mengembangkan pengetahuannya dan memahami hubungan antar konsep. Superitem didesain untuk mendatangkan penalaran matematis tentang konsep matematika. Di samping itu soal bentuk superitem diharapkan lebih menantang dan mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Sebaliknya guru dapat melakukan kegiatan diagnostik selama pembelajaran, sehingga perkembangan penalaran siswa dapat dimonitor lebih dini. Kemampuan memahami hubungan antar konsep, kematangan dalam bernalar dan keterlibatan secara aktif dalam pembelajaran merupakan bagian yang diperlukan dalam memecahkan masalah. Dengan demikian pembelajaran menggunakan tugas bentuk superitem dapat diharapkan menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan meyelesaikan pemecahan masalah matematika. Aplikasi Tes Bentuk Superitem dalam Pembelajaran Matematika Berikut ini contoh butir tes bentuk superitem dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Soal disusun sedemikian rupa sehingga setiap butir tes memuat serangkaian informasi dan kemudian diikuti oleh empat pertanyaan yang sesuai dengan taksonomi SOLO. STEM: Jika gambar dapat dilipat sehingga menjadi dua bagian yang sama dan tepat dipisahkan suatu garis lipatan, garis lipatan tersebut adalah garis simetri. Gambar di atas mempunyai garis simetri yang lebih dari satu. a. Manakah gambar di atas yang mempunyai garis simetri? b. Gambarlah semua garis simetri pada persegi di atas? c. Manakah dari delapan huruf kapital pertama dalam alphabet mempunyai tepat dua garis simetri? d. John berkata, “Saya tahu sebuah aturan untuk dapat memberitahukan, ketika sebuah gambar yang terdiri dari empat sisi mempunyai garis simetri. Jika sebuah segitiga pada masing-masing sisinya sama ukuran dan bentuknya, maka segitiga itu mempunyai garis simetri”. Jelaskan mengapa anda setuju atau tidak setuju dengan pendapat John! Pada contoh soal di atas, item a menggunakan hanya satu bagian dari informasi yang didapat secara langsung dari stem (definisi garis simetri). Pada item b, yang merupakan representasi dari level 2, siswa memerlukan penggunaan definisi dari garis simetri dan fakta gambar yang mempunyai lebih dari satu garis simetri. Sementara itu pada item c, menggunakan bagian informasi yang sama dari item b, tetapi memerlukan kemampuan siswa dalam mengintegrasikan informasi yang menghasilkan diagram dan menggunakan definisi pada berbagai variasi dari kurva. Siswa dapat menyelesaikan soal item d, jika siswa dapat berfikir kritis tentang sebuah hipotesis yang diturunkan dari stem. Pada Taksonomi SOLO, item d ini termasuk ke dalam level 4. Berdasarkan contoh superitem di atas, dikandung maksud agar siswa memahami hubungan antar konsep secara bertahap dari yang sederhana sampai meningkat kepada yang lebih kompleks. Selain daripada itu guru melakukan kegiatan diagnostik terhadap respon siswa, sehingga dapat dengan segera menentukan langkah-langkah yang diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Ciri-Ciri Tes Superitem Karakteristik soal-soal bentuk superitem yang memuat konsep dan proses yang makin tinggi tingkat kognitifnya tersebut, memberi peluang kepada siswa dalam mengembangkan pengetahuannya dan memahami hubungan antar konsep. Hal itu dikuatkan Lajoie (1991) yang menyatakan bahwa superitem didisain untuk mendatangkan penalaran matematis tentang konsep matematika. Di samping itu soal bentuk superitem diharapkan lebih menantang dan mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Sebaliknya guru dapat melakukan kegiatan diagnostik selama pembelajaran, sehingga perkembangan penalaran siswa dapat dimonitor lebih dini. Kemampuan memahami hubungan antar konsep, kematangan dalam bernalar dan keterlibatan secara aktif dalam pembelajaran merupakan bagian yang diperlukan dalam memecahkan masalah. Dengan demikian pembelajaran menggunakan tugas bentuk superitem dapat diharapkan menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan meyelesaikan pemecahan masalah matematika. Langkah-Langkah Tes Superitem Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah. 1. ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi, 2. berikan latihan soal bertingkat, 3. berikan soal tes bentuk superitem, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi, 4. integrasi, dan 5. hipotesis. Kelebihan Tes Superitem Kelebihan pembelajaran matematika dengan menggunakan tes bentuk superitem diantaranya, dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami persoalan matematika secara bertahap sesuai kesiapannya; dan guru dapat memberikan bantuan yang tepat kepada siswa berdasarkan respon dari siswa. Pada sisi lain pembelajaran ini akan memberi kesulitan kepada guru dalam membuat atau menyusun butir-butir soal bentuk superitem. Kemudian dimungkinkan terdapat respon siswa yang beragam. Hal itu akan menuntut kesiapan guru dalam mengantisipasinya. Wilson dan Chavarria memberikan pengalamannya dalam mengkonstruksi bentuk soal superitem yaitu, 1) Mengkonstruksi sebuah superitem akan dimulai dengan menentukan terlebih dahulu prinsip umum apa yang akan menjadi fokus pada item level empat. Prinsip tersebut akan dibangun oleh tiga item sebelumnya. Setiap item akan membantu siswa dalam menggali situasi dari masalah. 2) Stem akan menyajikan sebuah masalah yang relevan dan diperlukan siswa. 3) Respon dari setiap item di dalam sebuah superitem tidak bergantung pada respon yang benar dari item sebelumnya. Pengalaman kedua ahli tersebut, tampaknya dapat membantu guru dalam menyusun butir soal bentuk superitem. Selengkapnya...